PENDAHULUAN
Keberlanjutan usaha penangkapan ikan sangat ditentukan
oleh produktivitas dari alat yang digunakan serta efesiensi dari alat tangkap
itu sendiri. Semakin produktif dan selektif alat tangkap yang digunakan nelayan
dalam menangkap ikan tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan dan
keberlanjutan usahanya.
Alat tangkap jaring insang (gill net) merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang
sifatnya menetap. Berdasarkan metode pengoperasiannya dikenal tiga macam gill net, yaitu gill net permukaan (surface
gill net), gill net dasar (bottom gill net), gill net pertengahan (midwater
gill net) dan gill net yang
dihanyutkan (drift gill net). Tertangkapnya
ikan-ikan dengan gill net adalah
dengan cara terjerat (gilled) pada
mata jaring ataupun terbelit (entangled)
pada tubuh jaring. Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah
jenis ikan yang horizontal migration
dan vertikal migrarationnya tidak
seberapa aktif.
Saat ini, terdapat 1 (satu) kelompok usaha
bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan yang mengoperasikan alat tangkap jaring
insang (gill net) dasar di Kecamatan
Brandan Barat Kabupaten Langkat. KUB tersebut benama Usaha Baru yang beralamat
di Desa Perlis Kecamatan Brandan Barat yang beranggotakan 15 orang nelayan
pengguna alat tangkap jaring insang (gill
net).
Namun sampai saat ini, terkait analisis usaha alat
tangkap jaring
insang (gill net) pada kelompok
binaan tersebut belum pernah dilakukan secara serius, sehingga diperoleh
analisis usaha yang akurat dan sesuai kondisi in situ untuk melihat
produktivitas alat tangkap tersebut.
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan, atau dapat dikatakan
sebagai ukuran tingkat efisien dan efektifitas dari setiap sumber yang
digunakan selama proses produksi berlangsung, dimana nelayan disana tidak
menggunakan kapal milik sendiri, harga pembelian ikan hasil tangkapan terkadang
tidak sesuai dengan harga dan nelayan disana, apabila nelayan sudah banyak
mendapatkan hasil tangkapan nelayan disana banyak liburnya tetapi mereka tidak
memikirkan untuk ke depannya, terkadang bahan bakar minyak (BBM) susah di
dapatkan, maka akan berpengaruh kepada pendapatan mereka. Pengembangan
perikanan secara umum bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat terutama
nelayan untuk memenuhi kebutuhah pangan dan gizi masyarakat serta menunjang
pengembangan industri yang dapat memperluas lapangan kerja.
Dalam melakukan usaha penangkapan ikan perlu diketahui
apakah usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, kerugian atau impas. Untuk
melancarkan usaha penangkapan ikan maka perlu dilakukan studi analisis usaha
jaring insang (gill net) dasar pada
kelompok usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan studi kasus di Kecamatan
Brandan Barat Kabupaten Langkat.
Usaha
perikanan di Kecamatan Brandan Barat khususnya digolongkan kepada usaha
perikanan yang bersifat tradisional hal ini dapat dilihat dari tujuan dari
usaha mereka, tujuan usaha perikanan mereka hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (subsistensi), inilah salah satu yang menyebabkan
rendahnya produktipitas nelayan, kerena hanya memikirkan untuk sesaat dan belum
memikirkan dimasa yang akan datang.
Melihat
dari kenyataan bahwa kegiatan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat masih
tradisional akan tetapi daerah ini mempunyai sumber perikanan yang banyak dan
beragam, menurut pengamatan dapat dikembangkan karena di dukung oleh sumberdaya
alam banyak dan beragam, sumberdaya manusia banyak dan sebagian sudah berusaha
dibidang perikanan dan memiliki fasilitas yang dapat mendukung usaha mereka,
walau mempunyai potensi yang bagus untuk dikembangkan namun informasi tentang
hal tersebut masih kurang.
Prinsip penangkapan dengan jaring
insang adalah memasang jaring insang tersebut ke dalam perairan yang sering
dilewati ikan baik secara bergerombol maupun satu per satu, ikan-ikan yang
tertangkap akan menabrak jaring dan kemudian tersangkut atau tergulung oleh
alat tersebut. Karena pemasangan alat tangkap ini bertujuan agar
dilanggar/ditabrak oleh ikan maka sebaiknya warna jaring harus disesuaikan
dengan warna perairan tempat jaring insang
akan dioperasikan, atau kadang-kadang dipergunakan bahan yang trasparan,
seperti bahan monofilament agar jaring tersebut tidak dapat dilihat olah ikan
bila dipasang di perairan.
Jaring insang dioperasikan di perairan dengan metode mirip dengan pagar jaring,
untuk membentuk tegaknya jaring digunakan pelampung dan pemberat. Pada mulanya
jaring insang dioperasikan untuk menghadang ikan-ikan yang sedang bermigrasi,
cara pengoperasian alat tangkap jaring insang ini bisa dihanyutkan, dilabuh dan
dilingkarkan. Berdasarkan pengalaman para nelayan alat tangkap jaring insang
dioperasikan pada pagi hari di perairan penangkapan (fishing ground) dimana ikan-ikan banyak berkumpul. Hal ini menarik
untuk diteliti dan dianalisis.
Melihat begitu pentingnya alat
penangkapan jaring insang (gill net)
mampu memberikan hasil tangkapan yang terbaik, dengan usaha penangkapan ikan
dengan gill net dasar, maka
diperlukan kajian tentang Produktivitas dan kelayakan usaha gill net dasar di Kecamatan Brandan
Barat.
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang perikanan
tangkap khususnya Analisis Usaha Jaring
Insang (Gill Net) Pada Kelompok
Nelayan Usaha Baru Binaan Penyuluh Perikanan Di Kecamatan Brandan Barat
Kabupaten Langkat. Penelitian ini dimulai dari pengamatan jumlah nelayan,
jumlah alat tangkap, pengoperasiannya, produksi serta sistem pemasaran hasil
yang ada di lokasi penelitian.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penlitian ini adalah
:
1.
Untuk melihat tingkat produktivitas alat tangkap jaring
insang (gill net) dasar pada kelompok
usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan studi kasus di Kecamatan Brandan
Barat Kabupaten Langkat.
2.
Untuk melihat dan mengetahui kelayakan usaha jaring
insang (gill net) dasar tersebut
Manfaat dari penelitian ini untuk
KUB binaan penyuluh perikanan adalah memberikan referensi tentang produktivitas
dan kelayakan usaha jaring insang (gill
net) dasar di Kecamatan Brandan Barat, sedangkan bagi penulis adalah bisa
melihat secara langsung di lapangan terkait usaha penangkapan ikan dengan jaring
insang (gill net) dasar pada kelompok
usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan di Kecamatan Brandan Barat, sedangkan
bagi pembaca dapat mengetahui tentang analisis usaha jaring insang (gill net) serta memberikan informasi
layak tidaknya usaha yang di jalankan selama ini.
Diskripsi Alat Tangkap
Jaring
insang (gill net) yang digunakan di
lokasi penelitian berbahan sintetis dengan mutu yang tinggi. Hal ini disebabkan
efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA
monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami
(kapas, rami, rami halus). Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik
memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ
lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus
disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai
daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di
siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin
untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang
lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk
menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan
diri.
Untuk lebih lanjut diperlukan kemuluran dan
elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu
alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan
sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk
beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada
insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan
simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.
PA continous filament adalah bahan
yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih
mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau,
biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling
umum pada perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net
sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi
penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk
seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan
netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
Warna
jaring yang sering digunakan disini adalah dari webbing. Warna float, ropes,
sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net
adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan
telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak
hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk
memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan.
Dengan
perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis
ikan menjadi tujuan dari usaha ini. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi
oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar
bulan dan lain-lain faktor, warna alat mempunyai perbedaan derajat “terlihat”
oleh ikan atau ikan mempunyai perbedaan daya lihat dari masing-masing warna.
Karena tertangkapnya ikan-ikan pada
gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini
barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka
hendaklah diusahakan bahwa efek warna jaring sebagai penghadang, sekecil
mungkin.
Jaring
insang adalah sebuah lembaran jaring yang berbentuk persegi panjang, mempunyai
mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan dengan panjangnya. Dengan kata lain, jumlah mesh depth lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring
sesuai. Surur, (2002) bahwa dalam memperlancar operasi
Tubuh Jaring
Tubuh
jaring (Webbing) atau daging jaring
merupakan bagian jaring yang sangat penting, karena pada bagian inilah ikan
tertangkap secara terpuntal/tersangkut pada mata jaring. Supaya ikan mudah
dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin.
Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari
syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy,
suppleness”.
Dengan
demikian maka twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon,
kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine ini mempunyai fibres yang
lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang
fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh
cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin
per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna
ditiadakan.
Sesuatu
mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang
besarnya tertentu. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif
terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground,
hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya
terbanyak pada fishing ground tersebut.
Tinggi
jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut
terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled,
lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara
entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan
yang menjadi tujuan penangkapan.
Untuk
memperkuat kedudukan jaring pada penggantungnya, maka pada bagian pinggir
jaring sebelah atas dan bawah dilengkapi dengan selvage (srampat). Selvage
tersebut berupa mata jaring yang dijurai dengan benang rangkap sehingga lebih
kuat. Selvage tersebut mempunyai mata
jaring berukuran 45 mm, dan terdiri dari 1 - 2 mata pada pinggiran jaring
bagian atas dan 5 - 6 mata pada pinggiran jaring bagian bawah.
Jaring
insang dilengkapi dengan dua buah tali ris yaitu tali ris atas dan tali ris
bawah. Fungsi tali ris adalah untuk menggantungkan tubuh jaring dan sebagai
penghubung lembar jaring satu dengan lembar jaring lainnya secara horizontal
(memanjang).
Pelampung
merupakan bagian dari jaring insang yang berfungsi sebagai pengapung jaring
pada saat dioperasikan. Jenis pelampung yang digunakan adalah plastik No. 18
dengan jarak pemasangan antara 40 - 50 cm.
Pada
jaring insang, pemberat berfungsi sebagai pemberat jaring pada saat
dioperasikan. Dengan adanya pelampung dan pemberat tersebut, maka jaring dapat
terbuka secara tegak lurus di perairan sehingga dapat menghadangkan ikan yang
menjadi tujuan penangkapan. Pemberat tersebut dibuat dari bahan timah (timbel)
yang berbentuk lonjong, dengan berat antara 10 - 13 gram/buah. Pemasangan
pemberat dilakukan dengan jarak antara 19 - 25 cm, pada sebuah tali yang
terbuat dari Polyethylene dengan
garis tengah 2 mm. Di samping itu biasanya pada jarak 12 m dari ujung jaring pada
tali yang diikatkan ke kapal masih dipasang pemberat tambahan dari batu seberat
kira-kira 20 kg. Penggunaan bola plastik pada jaring insang adalah sebagai
tanda bahwa jaring insang telah dipasang atau dioperasikan di perairan
penangkapan.
Hasil Tangkap
Jenis hasil tangkapan utama alat
tangkap jaring insang ini adalah beberapa jenis ikan demersal dan ikan pelagis,
ikan yang tertangkap dengan alat tangkap ini antara lain jenis ikan dasar
seperti ikan kembung kuring, kembung kedah, kerisi, kerapu, selar, gulama,
tenggiri, lidah, kepiting, cumi-cumi. Untuk mengetahui berapa hasil tangkapan
jaring insang berdasarkan operasi alat tangkap dan perairan penangkapan. Jenis-jenis ikan yang tertangkap selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Produksi
tangkap selama penelitian (kg)
No
|
Jenis Ikan
|
Produksi (kg)
|
1.
|
Kembung Kuring
|
166,7
|
2.
|
Kembung Kedah
|
186,1
|
3.
|
Kerapu
|
7,6
|
4.
|
Selar
|
111,1
|
5.
|
Gulama
|
93,2
|
6.
|
Lidah
|
41
|
7.
|
Tenggiri
|
17,6
|
8.
|
Kerisi
|
85,6
|
9.
|
Kepiting
|
12,5
|
10.
|
Cumi-cumi
|
19,1
|
11.
|
Parang
|
58,9
|
12.
|
Sotong
|
10,3
|
13.
|
Gabus Pasir
|
24,5
|
14.
|
Campur
|
136,7
|
Total
|
970,9
|
Rata-rata
|
69,35
|
Sumbr : Data
Primer
Hasil tabulasi terlihat bahwa ikan
yang dominan tertangkap adalah ikan kembung kedah, ikan kembung kuring dan ikan
campur, kemudian di ikuti oleh ikan selar, ikan gulama, ikan kerisi, ikan
parang, ikan lidah, ikan gabus pasir, cumi-cumi, ikan tenggiri, kepiting,
sotong, dan ikan kerapu. Karena alat tangkap yang di gunakan adalah jaring
insang, maka yang dominan tertangkap ikan kembung, sedangkan jenis ikan yang
lain menabrak jaring insang dasar.
Potensi
sumberdaya ikan yang terdapat di perairan laut terdiri dari berbagai jenis ikan
pelagis kecil, pelagis besar dan ikan demersal. Ikan yang diproduksi dan di perdagangkan
terutama dari jenis ikan kembung, kerapu, selar, gulama, udang, kepiting, yang
berasal dari perairan laut. Namun besarnya hasil tangkapan tidak semata-mata
dipengaruhi oleh ukuran lebar alat tangkap jaring insang, tetapi juga akan
dipengaruhi oleh stok sumberdaya ikan di areal pengoperasian alat tangkap
tersebut (Nahib et al, 2007).
Berdasarkan
pengamatan di lapangan daerah operasi
penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang yang dilakukan oleh nelayan
itu sendiri, penentuan daerah penangkapan ikan dapat dilakukan dengan dukungan
berbagai informasi. Informasi dapat diperoleh berdasarkan pengalaman nelayan
dan bantuan tekhnologi yang terus berkembang. Karena nelayan gill net di Kecamatan
Brandan Barat belum banyak menggunakan alat bantu penangkapan ikan yang
berteknologi tinggi seperti sonar atau
echosounder untuk menemukan
gerombolan ikan, maka pengalaman menjadi sangat penting dalam keberhasilan
penangkapan. Hal ini karena satu-satunya cara nelayan menentukan fishing ground adalah berdasarkan
pengalaman yang didapat secara turun temurun.
Biasanya nelayan melihat tanda-tanda alam seperti
adanya burung-burung yang terbang menukik di atas suatu perairan, maka diduga
burung tersebut sedang berburu ikan berarti daerah tersebut terdapat gerombolan
ikan. Cara lain yang dilakukan yaitu mengingat di daerah mana biasanya banyak
tertangkap ikan pada operasi penangkapan yang dilakukan sebelumnya.
Daerah
Penangkapan (fishing ground) di
perairan Kecamatan Brandan Barat dengan pengoperasian alat tangkap jaring
insang umumnya digunakan di perairan tertentu yang memiliki kecerahan sedang,
salinitas sedang dan dasar perairan pasir. Penggunaan alat tangkap ini umumnya
ditujukan untuk menangkap ikan yang berada di dasar perairan (Demersal). Pada dasarnya, nelayan Kecamatan
Brandan Barat yang masih bersifat
tradisional, yang masih menggunakan perkiraan (feeling) untuk menentukan daerah penangkapan dan dari informasi
nelayan lain yang sudah pernah melakukan
penangkapan di perairan tersebut. Sehingga pemilihan daerah penangkapan oleh
nelayan berdampak pada jumlah hasil tangkapan.
Usaha
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan yang ada di kecamatan Kecamatan
Brandan Barat dengan alat tangkap jaring insang masih bersifat tradisional,
perairan operasi penangkapan Kecamatan Brandan Barat dan sekitarnya. Perairan Kecamatan
Brandan Barat mempunyai potensi perikanan yang cukup baik, karena perairan ini
belum pernah mengalami pencemaran lingkungan yang menyebabkan rendahnya hasil
penangkapan nelayan.
Proses
tertangkapnya ikan dengan berbagai jenis jaring insang baik yang ditetapkan
dengan adanya jangkar ataupun yang mengapung secara pasif, banyak ditentukan
oleh aktifitas ikan yang datang kearah jaring sehingga menyebabkan ikan terjerat
pada jaring tersebut.
Sedangkan
menurut Subani dan Barus (1989) sejauh ini telah diketahui bahwa proses
tertangkapnya ikan oleh suatu alat penangkap ternyata menyangkut sejumlah
interaksi yang cukup pelik yang menyangkut berbagai mekanisme alat penangkap
tersebut di satu pihak dan berbagai hal yang berkaitan dengan tingkah laku
ikan.
Analisis Usaha
Berdasarkan pengamatan dan wawancara
dengan nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring insang (gill
net) yang dioperasikan, memerlukan biaya untuk sarana prasarana penangkapan
dan memulai usaha penangkapan dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2. Analisis
ekonomi usaha jaring insang (gill net)
dasar KUB Usaha Bersam
No
|
Uraian
|
@
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
Trip/
Thn
|
Umur Teknis
(Thn)
|
Penyusutan/
Tahun
|
Nilai
Penyusutan
|
1 tahun
|
1.
|
Investasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kapal
|
15
|
Buah
|
|
|
5
|
|
|
39.333.333
|
|
Alat Tangkap
|
15
|
Buah
|
|
|
2
|
|
|
20.200.000
|
|
Mesin
|
15
|
Buah
|
|
|
5
|
|
|
6.766.666
|
|
Fiber
|
47
|
Buah
|
|
|
5
|
|
|
2.820.000
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
69.119.999
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
|
Penyusutan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kapal
|
15
|
Buah
|
39.333.333
|
|
5
|
20%
|
7.866.666
|
|
|
Alat Tangkap
|
15
|
Buah
|
20.200.000
|
|
2
|
50%
|
10.100.000
|
|
|
Mesin
|
15
|
Buah
|
6.766.666
|
|
5
|
20%
|
1.353.333
|
|
|
Fiber
|
47
|
Buah
|
2.820.000
|
|
5
|
20%
|
564.000
|
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
19.883.999
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
|
Perawatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kapal
|
15
|
Buah
|
|
|
|
|
|
4.973.333
|
|
Alat Tangkap
|
15
|
Buah
|
|
|
|
|
|
1.633.333
|
|
Mesin
|
15
|
Buah
|
|
|
|
|
|
640.000
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
7.246.666
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Solar
|
348
|
Liter
|
6.500
|
240
|
|
|
|
542.880.000
|
|
Es Batu
|
15
|
Batang
|
40.000
|
240
|
|
|
|
144.000.000
|
|
Konsumsi
|
|
|
1.020.000
|
240
|
|
|
|
244.800.000
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
931.680.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Biaya Tetap (Fixed Cost)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perawatan
|
|
|
|
|
|
|
|
7.246.666
|
|
Penyusutan
|
|
|
|
|
|
|
|
19.883.999
|
|
Bagi Hasil ABK
|
34
|
Orang
|
80.000
|
240
|
|
|
|
652.800.000
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
679.930.665
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Total Biaya (2 + 3)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.a. Total Penyusutan
|
|
|
|
|
|
|
|
19.883.999
|
|
b. Total Perawatan
|
|
|
|
|
|
|
|
7.246.666
|
|
Total c, d, e
|
|
|
|
|
|
|
|
931.680.000
|
|
3.a. Total Biaya Tetap
|
|
|
|
|
|
|
|
679.930.665
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
1.638.741.330
|
Sumber : Data
Primer.
Tabel 3. Hasil produksi alat tangkap jaring insang (gill net) dasar KUB Usaha Bersama
Sampel
|
Produksi (Kg)
|
Tanggal selama pengamatan
|
17/12/2016
|
24/12/2016
|
29/12/2016
|
05/01/2017
|
10/01/2017
|
15/01/2017
|
20/01/2017
|
23/01/2017
|
28/01/2017
|
03/02/2017
|
1.
|
61,9
|
60,1
|
51,1
|
61,4
|
59,4
|
61,7
|
50,2
|
62,3
|
49,8
|
62,5
|
2.
|
66,9
|
52,2
|
64,3
|
60,8
|
57,2
|
49,5
|
62,3
|
50
|
57
|
55,7
|
3.
|
41,7
|
57,3
|
62,9
|
56
|
58,1
|
58,9
|
57,4
|
55,1
|
63
|
57,3
|
4.
|
59,1
|
52,9
|
58,5
|
63
|
61,9
|
41,7
|
66
|
57,1
|
55,4
|
60,5
|
5.
|
59,1
|
60,4
|
66
|
61,9
|
58,1
|
64,3
|
49,2
|
60,1
|
50,1
|
53,3
|
6.
|
59,7
|
46,9
|
59,3
|
63,8
|
56,6
|
41,1
|
50,1
|
55,1
|
49,1
|
62,2
|
7.
|
66,5
|
59,9
|
65,6
|
61,9
|
55,8
|
60,2
|
61,4
|
62,1
|
60,7
|
58,4
|
8.
|
57,1
|
61,1
|
60,4
|
52,6
|
60,2
|
57,1
|
59,7
|
54,3
|
61,9
|
60,3
|
9.
|
59,7
|
59,9
|
58,7
|
64,1
|
64,1
|
46,9
|
45,5
|
60,3
|
49,1
|
45,5
|
10.
|
60,1
|
57
|
61,1
|
53,3
|
60,5
|
48,8
|
57,1
|
58
|
60
|
55
|
11.
|
64,6
|
64,1
|
61,4
|
58,4
|
61,4
|
53
|
52,2
|
57,3
|
51,1
|
61,4
|
12.
|
65,9
|
48,4
|
60,3
|
61,1
|
66,9
|
66
|
65,9
|
63
|
61,4
|
58,1
|
13.
|
66
|
57,7
|
53,8
|
60,2
|
55
|
57,7
|
57
|
46,8
|
52,9
|
52,2
|
14.
|
54,3
|
62,5
|
58,4
|
50,1
|
65,1
|
59,9
|
50,1
|
60,2
|
61,1
|
64,1
|
15.
|
65,9
|
45,3
|
59,8
|
60,7
|
62,1
|
65,9
|
66
|
64,1
|
65,5
|
63
|
Total
|
908,5
|
845,7
|
901,6
|
889,3
|
902,4
|
832,7
|
850,7
|
865,8
|
848,1
|
869,9
|
Rata-rata
|
60,56
|
56,38
|
60,1
|
59,28
|
60,16
|
55,51
|
56,71
|
57,72
|
56,54
|
57,96
|
Sumber : Data Primer.
Tabel 4. Jenis Ikan Tangkapan
Produksi Per Trip (Catch Per Unit Effort).
Sampel
|
Jenis Ikan (Kg)
|
Kembung Kuring
|
Kembung Kedah
|
Kerapu
|
Selar
|
Gulama
|
Lidah
|
Tenggiri
|
Kerisi
|
Kepiting
|
Cumi-cumi
|
Parang
|
Sotong
|
Gabus Pasir
|
Campur
|
1.
|
-
|
15
|
-
|
13
|
19,8
|
-
|
1,5
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
10,6
|
2.
|
16,7
|
20
|
-
|
-
|
14,6
|
-
|
-
|
10,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,3
|
3.
|
-
|
18
|
1,5
|
-
|
-
|
5,4
|
-
|
11
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
4,8
|
4.
|
-
|
20
|
-
|
5
|
3,4
|
-
|
-
|
6
|
2
|
-
|
14
|
-
|
-
|
8,7
|
5.
|
9
|
17
|
-
|
-
|
10
|
-
|
5,7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
11,4
|
6.
|
14
|
-
|
1,5
|
19
|
-
|
-
|
-
|
8
|
1
|
3,7
|
7
|
-
|
-
|
5,5
|
7.
|
20
|
-
|
-
|
15
|
16,7
|
13
|
-
|
-
|
2,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9,3
|
8.
|
18,3
|
15
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2,6
|
-
|
5
|
5,5
|
3,2
|
-
|
7,5
|
9.
|
-
|
13,4
|
-
|
9,6
|
5
|
-
|
-
|
11,3
|
1,2
|
-
|
8
|
-
|
5
|
6,2
|
10.
|
20
|
19,3
|
-
|
12,2
|
9
|
9,2
|
-
|
-
|
1,8
|
2,2
|
13
|
-
|
-
|
12,4
|
11.
|
21
|
-
|
1
|
-
|
8,7
|
-
|
2,6
|
15,2
|
-
|
-
|
-
|
2,5
|
5
|
8,6
|
12.
|
14
|
17
|
-
|
14,5
|
-
|
5
|
-
|
-
|
2,3
|
2,5
|
3
|
-
|
-
|
10,6
|
13.
|
18,7
|
-
|
1,8
|
15
|
-
|
-
|
7,8
|
-
|
-
|
-
|
8,4
|
-
|
8,5
|
15,8
|
14.
|
-
|
19,4
|
1,8
|
-
|
6
|
-
|
-
|
12,4
|
1,7
|
1
|
-
|
2
|
-
|
10,4
|
15.
|
15
|
12
|
-
|
7,8
|
-
|
8,4
|
-
|
8,8
|
-
|
2,7
|
-
|
1,6
|
-
|
9,6
|
Jumlah
|
166,7
|
186,1
|
7,6
|
111,1
|
93,2
|
41
|
17,6
|
85,6
|
12,5
|
19,1
|
58,9
|
10,3
|
24,5
|
136,7
|
Rataan
|
16,67
|
16,91
|
1,52
|
12,34
|
10,35
|
8,2
|
4,4
|
9,51
|
1,78
|
2,72
|
8,41
|
2,06
|
6,12
|
9,11
|
Harga (Rp)
|
20.000
|
20.000
|
45.000
|
15.000
|
8.000
|
10.000
|
18.000
|
15.000
|
40.000
|
25.000
|
10.000
|
20.000
|
7.000
|
5.000
|
Pendapatan
|
3.334.000
|
3.722.000
|
342.000
|
1.666.500
|
745.600
|
410.000
|
316.800
|
1.284.000
|
500.000
|
477.500
|
589.000
|
206.000
|
171.500
|
683.500
|
Sumber
: Data Primer.
v
Penerimaan
(Gross Income).
Keterangan : Ikan Kembung Kuring : 166,7 Kg x 20 Trip = 3.334 Kg x Rp. 20.000 = Rp.
66.680.000;-
Ikan
Kembung Kedah : 186,1 Kg x 20
Trip = 3.722 Kg x Rp. 20.000 = Rp. 74.440.000;-
Ikan
Kerapu : 7,6 Kg
x 20 Trip = 152 Kg x Rp. 45.000 = Rp. 68.400.000;-
Ikan
Selar :
111,1 Kg x 20 Trip = 2.222 Kg x Rp. 15.000 = Rp. 33.330.000;-
Ikan
Gulama : 93,2 Kg
x 20 Trip = 1.864 Kg x Rp.8.000 = Rp. 14.912.000;-
Ikan
Lidah : 41
Kg x 20 Trip = 820 Kg x Rp. 10.000 = Rp. 8.200.000;-
Ikan
Tenggiri : 17,6
Kg x 20 Trip = 352 Kg x Rp. 18.000 = Rp. 6.336.000;-
Ikan
Kerisi : 85,6
Kg x 20 Trip = 1.712 Kg x Rp. 15.000 = Rp. 25.680.000;-
Kepiting
: 12,5 Kg
x 20 Trip = 250 Kg x Rp. 40.000 = Rp. 100.000.000;-
Cumi-cumi
: 19,1 Kg x
20 Trip = 382 Kg x Rp. 25.000 = Rp. 9.550.000;-
Ikan
Parang : 58,9
Kg x 20 Trip = 1.178 Kg x Rp. 10.000 = Rp. 11.780.000;-
Sotong
: 10,3
Kg x 20 Trip = 206 Kg x Rp. 20.000 = Rp. 4.120.000;-
Ikan
Gabus Pasir : 24,5 Kg
x 20 Trip = 490 Kg x Rp. 7.000 = Rp. 3.430.000;-
Ikan
Campur : 136,7
Kg x 20 Trip = 2.734 Kg x Rp. 5.000 = Rp. 13.670.000;-
Total
Penerimaan : Rp.
440.528.000;-
Tabel 5. Biaya Tetap (Fixed cost)
No
|
Biaya Tetap
|
1 Bulan (Rp)
|
1.
|
Perawatan
|
20.780.000
|
2.
|
Penyusutan
|
51.840.000
|
Total
|
72.620.000
|
Tabel 6. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Biaya Tidak Tetap
|
@
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
Trip/Bulan
|
1 Bulan
|
Solar
|
348
|
Liter
|
6.500
|
20
|
45.240.000
|
Es Batu
|
15
|
Batang
|
40.000
|
20
|
12.000.000
|
Konsumsi
|
|
|
1.020.000
|
20
|
20.400.000
|
Bagi Hasil ABK
|
34
|
Orang
|
80.000
|
20
|
54.400.000
|
Total
|
132.040.000
|
Tabel 7. Biaya Investasi Usaha
Penangkapan
No
|
Kapal (Rp)
|
Alat Tangkap
(Rp)
|
Mesin (Rp)
|
Tempat ikan (Fiber)
(Rp)
|
Total
|
Rata-rata
|
Penyusutan
|
1.
|
40.000.000
|
20.000.000
|
6.000.000
|
2.700.000
|
68.700.000
|
17.175.000
|
3.435.000
|
2.
|
30.000.000
|
15.000.000
|
6.000.000
|
1.800.000
|
52.800.000
|
13.200.000
|
2.640.000
|
3.
|
35.000.000
|
15.000.000
|
7.000.000
|
2.700.000
|
59.700.000
|
14.925.000
|
2.985.000
|
4.
|
45.000.000
|
20.000.000
|
8.000.000
|
3.600.000
|
76.600.000
|
19.150.000
|
3.830.000
|
5.
|
40.000.000
|
20.000.000
|
7.000.000
|
2.700.000
|
69.700.000
|
17.425.000
|
3.485.000
|
6.
|
50.000.000
|
30.000.000
|
8.000.000
|
3.600.000
|
91.600.000
|
22.900.000
|
4.580.000
|
7.
|
30.000.000
|
18.000.000
|
5.000.000
|
1.800.000
|
54.800.000
|
13.700.000
|
2.740.000
|
8.
|
30.000.000
|
15.000.000
|
5.000.000
|
2.700.000
|
52.700.000
|
13.175.000
|
2.635.000
|
9.
|
35.000.000
|
15.000.000
|
6.000.000
|
2.700.000
|
58.700.000
|
14.675.000
|
2.935.000
|
10.
|
40.000.000
|
25.000.000
|
8.000.000
|
3.600.000
|
76.600.000
|
19.150.000
|
3.830.000
|
11.
|
50.000.000
|
25.000.000
|
8.500.000
|
3.600.000
|
87.100.000
|
21.775.000
|
4.355.000
|
12.
|
45.000.000
|
20.000.000
|
7.000.000
|
2.700.000
|
74.700.000
|
18.675.000
|
3.735.000
|
13.
|
35.000.000
|
15.000.000
|
6.000.000
|
1.800.000
|
57.800.000
|
14.450.000
|
2.890.000
|
14.
|
40.000.000
|
20.000.000
|
7.000.000
|
2.700.000
|
69.700.000
|
17.425.000
|
3.485.000
|
15.
|
45.000.000
|
30.000.000
|
7.000.000
|
3.600.000
|
85.600.000
|
21.400.000
|
4.280.000
|
Total
|
590.000.000
|
303.000.000
|
101.500.000
|
42.300.000
|
1.036.800.000
|
|
51.840.000
|
Rata-rata
|
39.333.333
|
20.200.000
|
6.766.666
|
2.820.000
|
69.120.000
|
|
3.456.000
|
Tabel 8. Waktu Operasi Penelitian
Sampel
|
Waktu Opreasional
|
Waktu Pergi
|
Waktu Operasi
|
Waktu Pulang
|
Waktu
|
Jam
|
Waktu
|
Jam
|
Waktu
|
Jam
|
1.
|
06.30 – 07.50 Wib
|
1,2
|
07.50 – 16.07 Wib
|
8,57
|
16.07 – 18.20 Wib
|
2,13
|
2.
|
04.50 – 06.40 Wib
|
1,9
|
06.40 – 17.20 Wib
|
10,8
|
17.20 – 19.20 Wib
|
2
|
3.
|
05.00 – 07.30 Wib
|
2,3
|
07.30 – 16.40 Wib
|
9,1
|
16.40 – 19.00 Wib
|
2,6
|
4.
|
05.50 – 07.20 Wib
|
1,7
|
07.20 – 15.40 Wib
|
8,2
|
15.40 – 18.50 Wib
|
3,1
|
5.
|
05.30 – 07.50 Wib
|
2,2
|
07.50 – 17.10 Wib
|
9,6
|
17.10 – 19.40 Wib
|
2,3
|
6.
|
06.50 – 08.40 Wib
|
1,9
|
08.40 – 16.20 Wib
|
7,8
|
16.20 – 18.00 Wib
|
1,8
|
7.
|
05.40 – 07.10 Wib
|
1,7
|
07.10 – 17.20 Wib
|
10,1
|
17.20 – 19.50 Wib
|
2,3
|
8.
|
04.30 – 06.40 Wib
|
2,1
|
06.40 – 16.40 Wib
|
10
|
16.40 – 18.40 Wib
|
2
|
9.
|
05.40 – 07.10 Wib
|
1,7
|
07.10 – 17.50 Wib
|
10,4
|
17.50 – 19.30 Wib
|
1,8
|
10.
|
06.30 – 07.40 Wib
|
1,1
|
07.40 – 17.07 Wib
|
9,67
|
17.07 – 19.48 Wib
|
2,41
|
11.
|
05.50 – 07.40 Wib
|
1,9
|
07.40 – 16.50 Wib
|
9,1
|
16.50 – 18.40 Wib
|
1,9
|
12.
|
05.10 – 07.50 Wib
|
2,4
|
07.50 – 17.48 Wib
|
9,98
|
17.48 – 19.52 Wib
|
2,04
|
13.
|
04.45 – 06.25 Wib
|
1,8
|
06.25 – 17.28 Wib
|
11,03
|
17.28 – 19.50 Wib
|
2,22
|
14.
|
05.20 – 07.10 Wib
|
1,9
|
07.10 – 17.45 Wib
|
10,35
|
17.45 – 19.54 Wib
|
2,09
|
15.
|
06.43 – 08.10 Wib
|
1,67
|
08.10 – 17.55 Wib
|
9,45
|
17.55 – 19.58 Wib
|
2,03
|
Total
|
27,47
|
|
144,15
|
|
32,72
|
Rata-rata
|
1,83
|
|
9,61
|
|
2,18
|
Sumber : Data Primer.