Tuesday, April 28, 2020

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENYULUH PERIKANAN




Karya tulis ilmiah bagi penyuluh perikanan merupakan bagian dari butir kegiatan pengembangan profesi yang terdapat dalam tugas utama penyuluh perikanan. Menulis dan mempublikasikan karya tulis ilmiah bisa dilakukan oleh penyuluh perikanan disemua jenjang. Masalahnya masih banyak para penyuluh perikanan yang kurang aktif menuliskan kegiatan mereka di lapangan. Entah itu karena terbatasnya waktu untuk menuliskannya atau tidak faham cara memulainya. Padahal hampir semua permasalahan yang dihadapi di lapangan bisa dibuatkan kajian atau penelitiannya, sehingga bisa ditemukan solusi atas permasalahan tersebut. Metode penelitian/kajian tersebut kemudian tentu akan disesuaikan dengan topik atau tema dari penelitian/ kajian itu sendiri. Ketersediaan data primer dan data sekunder juga tentu akan mempengaruhi metode penelitian/kajian.
Persoalan mendasar yang umunya dikemukakan olah para penyuluh perikanan adalah kurangfahamnya mereka untuk mulai menulis. Hal tersebut tentunya karena dilahit. Apalagi bagi para penyuluh yang sudah menyelesaikan pendidikan diploma atau sarjana. Membuat karya tulis tentu sudah mereka lewati sebelumnya pada waktu menyelesaikan tingkat pendidikan terebut. Oleh karen menulis tidak lagi merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan seperti pada waktu menyelesaikan pendidikan, menyebabkan beberapa penyuluh perikanan sudah lupa dan harus mulai lagi membaca.
Untuk sekedar mengingatkan, bahagian-bahagian dari sebuah karya tulis ilmiah tidak terlepas dari 1) pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan dan maksud serta tujuan, 2) tinjauan pustaka yang memuat refensi literatur terkait dengan topik penelitian/kajian, 3) Metodologi yang memuat tempat dan lokasi, populasi dan sampel, sumber data, metode penelitian dan cara analisis data terebut, 4) hasil dan pembahasan yang memuat hasil penelitian/kajian dan pemahasan atas hasil penelitian tersebut, dan 5) daftar pustaka.  Melihat bahagian-bahagian tersebut tentu tidak asing lagi bagi penyuluh perikanan yang sudah pernah mengerjakannya.
Terkait dengan tugas dan fungsi seorang penyuluh perikanan tentu banyak permasalahan yang dihadapi dilapangan yang perlu dikaji dan diteliti, seperti 1) melihat pengaruh penggunaan sesuatu alat/bahan terhadap produksi/ hasil, 2) mengevalusi implementasi salah satu program (kusuka, asuransi nelayan dll), dan  3) evaluasi dampak penyuluhan.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa menggugah dan mengingatkan para penyuluh perikanan agar mulai lagi menulis untuk memberikan masukan, informasi, solusi dan bahkan inovasi terbaru untuk memberikan solusi kepada para pelaku usaha perikanan. Memberikan pertimbangan kepada para pemangku pentingan, sehingga ke depan program/kegiatan bisa lebih tepat sasaran untuk kemajuan bersama

Wednesday, April 8, 2020

ANALISIS USAHA JARING INSANG (GILL NET) PADA KELOMPOK NELAYAN USAHA BARU BINAAN PENYULUH PERIKANAN DI KECAMATAN BRANDAN BARAT KABUPATEN LANGKAT





PENDAHULUAN
Keberlanjutan usaha penangkapan ikan sangat ditentukan oleh produktivitas dari alat yang digunakan serta efesiensi dari alat tangkap itu sendiri. Semakin produktif dan selektif alat tangkap yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan dan keberlanjutan usahanya.
Alat tangkap jaring insang (gill net) merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang sifatnya menetap. Berdasarkan metode pengoperasiannya dikenal tiga macam gill net, yaitu gill net permukaan (surface gill net), gill net dasar (bottom gill net), gill net pertengahan (midwater gill net) dan gill net yang dihanyutkan (drift gill net). Tertangkapnya ikan-ikan dengan gill net adalah dengan cara terjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang horizontal migration dan vertikal migrarationnya tidak seberapa aktif.
Saat ini, terdapat 1 (satu) kelompok usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang (gill net) dasar di Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. KUB tersebut benama Usaha Baru yang beralamat di Desa Perlis Kecamatan Brandan Barat yang beranggotakan 15 orang nelayan pengguna alat tangkap jaring insang (gill net).
Namun sampai saat ini, terkait analisis usaha alat tangkap jaring insang (gill net) pada kelompok binaan tersebut belum pernah dilakukan secara serius, sehingga diperoleh analisis usaha yang akurat dan sesuai kondisi in situ untuk melihat produktivitas alat tangkap tersebut.
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan, atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efisien dan efektifitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses produksi berlangsung, dimana nelayan disana tidak menggunakan kapal milik sendiri, harga pembelian ikan hasil tangkapan terkadang tidak sesuai dengan harga dan nelayan disana, apabila nelayan sudah banyak mendapatkan hasil tangkapan nelayan disana banyak liburnya tetapi mereka tidak memikirkan untuk ke depannya, terkadang bahan bakar minyak (BBM) susah di dapatkan, maka akan berpengaruh kepada pendapatan mereka. Pengembangan perikanan secara umum bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat terutama nelayan untuk memenuhi kebutuhah pangan dan gizi masyarakat serta menunjang pengembangan industri yang dapat memperluas lapangan kerja.
Dalam melakukan usaha penangkapan ikan perlu diketahui apakah usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, kerugian atau impas. Untuk melancarkan usaha penangkapan ikan maka perlu dilakukan studi analisis usaha jaring insang (gill net) dasar pada kelompok usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan studi kasus di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat.
Usaha perikanan di Kecamatan Brandan Barat khususnya digolongkan kepada usaha perikanan yang bersifat tradisional hal ini dapat dilihat dari tujuan dari usaha mereka, tujuan usaha perikanan mereka hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (subsistensi), inilah salah satu yang menyebabkan rendahnya produktipitas nelayan, kerena hanya memikirkan untuk sesaat dan belum memikirkan dimasa yang akan datang.
Melihat dari kenyataan bahwa kegiatan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat masih tradisional akan tetapi daerah ini mempunyai sumber perikanan yang banyak dan beragam, menurut pengamatan dapat dikembangkan karena di dukung oleh sumberdaya alam banyak dan beragam, sumberdaya manusia banyak dan sebagian sudah berusaha dibidang perikanan dan memiliki fasilitas yang dapat mendukung usaha mereka, walau mempunyai potensi yang bagus untuk dikembangkan namun informasi tentang hal tersebut masih kurang.
Prinsip penangkapan dengan jaring insang adalah memasang jaring insang tersebut ke dalam perairan yang sering dilewati ikan baik secara bergerombol maupun satu per satu, ikan-ikan yang tertangkap akan menabrak jaring dan kemudian tersangkut atau tergulung oleh alat tersebut. Karena pemasangan alat tangkap ini bertujuan agar dilanggar/ditabrak oleh ikan maka sebaiknya warna jaring harus disesuaikan dengan warna perairan tempat jaring insang akan dioperasikan, atau kadang-kadang dipergunakan bahan yang trasparan, seperti bahan monofilament agar jaring tersebut tidak dapat dilihat olah ikan bila dipasang di perairan.
Jaring insang dioperasikan di perairan dengan metode mirip dengan pagar jaring, untuk membentuk tegaknya jaring digunakan pelampung dan pemberat. Pada mulanya jaring insang dioperasikan untuk menghadang ikan-ikan yang sedang bermigrasi, cara pengoperasian alat tangkap jaring insang ini bisa dihanyutkan, dilabuh dan dilingkarkan. Berdasarkan pengalaman para nelayan alat tangkap jaring insang dioperasikan pada pagi hari di perairan penangkapan (fishing ground) dimana ikan-ikan banyak berkumpul. Hal ini menarik untuk diteliti dan dianalisis.
Melihat begitu pentingnya alat penangkapan jaring insang (gill net) mampu memberikan hasil tangkapan yang terbaik, dengan usaha penangkapan ikan dengan gill net dasar, maka diperlukan kajian tentang Produktivitas dan kelayakan usaha gill net dasar di Kecamatan Brandan Barat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang perikanan tangkap khususnya Analisis Usaha Jaring Insang (Gill Net) Pada Kelompok Nelayan Usaha Baru Binaan Penyuluh Perikanan Di Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Penelitian ini dimulai dari pengamatan jumlah nelayan, jumlah alat tangkap, pengoperasiannya, produksi serta sistem pemasaran hasil yang ada di lokasi penelitian.
Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penlitian ini adalah :
1.    Untuk melihat tingkat produktivitas alat tangkap jaring insang (gill net) dasar pada kelompok usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan studi kasus di Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat.
2.    Untuk melihat dan mengetahui kelayakan usaha jaring insang  (gill net) dasar tersebut
Manfaat dari penelitian ini untuk KUB binaan penyuluh perikanan adalah memberikan referensi tentang produktivitas dan kelayakan usaha jaring insang (gill net) dasar di Kecamatan Brandan Barat, sedangkan bagi penulis adalah bisa melihat secara langsung di lapangan terkait usaha penangkapan ikan dengan jaring insang (gill net) dasar pada kelompok usaha bersama (KUB) binaan penyuluh perikanan di Kecamatan Brandan Barat, sedangkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang analisis usaha jaring insang (gill net) serta memberikan informasi layak tidaknya usaha yang di jalankan selama ini.

Diskripsi Alat Tangkap
Jaring insang (gill net) yang digunakan di lokasi penelitian berbahan sintetis dengan mutu yang tinggi. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus). Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri.
Untuk lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.
            PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.

            Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
            Warna jaring yang sering digunakan disini adalah dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan.
            Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan menjadi tujuan dari usaha ini. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, warna alat mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan atau ikan mempunyai perbedaan daya lihat dari masing-masing warna.
            Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek warna jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.
Jaring insang adalah sebuah lembaran jaring yang berbentuk persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Dengan kata lain, jumlah mesh depth lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring sesuai. Surur, (2002) bahwa dalam memperlancar operasi
Tubuh Jaring
Tubuh jaring (Webbing) atau daging jaring merupakan bagian jaring yang sangat penting, karena pada bagian inilah ikan tertangkap secara terpuntal/tersangkut pada mata jaring. Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy, suppleness”.
Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
Sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.
Tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Untuk memperkuat kedudukan jaring pada penggantungnya, maka pada bagian pinggir jaring sebelah atas dan bawah dilengkapi dengan selvage (srampat). Selvage tersebut berupa mata jaring yang dijurai dengan benang rangkap sehingga lebih kuat. Selvage tersebut mempunyai mata jaring berukuran 45 mm, dan terdiri dari 1 - 2 mata pada pinggiran jaring bagian atas dan 5 - 6 mata pada pinggiran jaring bagian bawah.
Jaring insang dilengkapi dengan dua buah tali ris yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Fungsi tali ris adalah untuk menggantungkan tubuh jaring dan sebagai penghubung lembar jaring satu dengan lembar jaring lainnya secara horizontal (memanjang).
Pelampung merupakan bagian dari jaring insang yang berfungsi sebagai pengapung jaring pada saat dioperasikan. Jenis pelampung yang digunakan adalah plastik No. 18 dengan jarak pemasangan antara 40 - 50 cm.
Pada jaring insang, pemberat berfungsi sebagai pemberat jaring pada saat dioperasikan. Dengan adanya pelampung dan pemberat tersebut, maka jaring dapat terbuka secara tegak lurus di perairan sehingga dapat menghadangkan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Pemberat tersebut dibuat dari bahan timah (timbel) yang berbentuk lonjong, dengan berat antara 10 - 13 gram/buah. Pemasangan pemberat dilakukan dengan jarak antara 19 - 25 cm, pada sebuah tali yang terbuat dari Polyethylene dengan garis tengah 2 mm. Di samping itu biasanya pada jarak 12 m dari ujung jaring pada tali yang diikatkan ke kapal masih dipasang pemberat tambahan dari batu seberat kira-kira 20 kg. Penggunaan bola plastik pada jaring insang adalah sebagai tanda bahwa jaring insang telah dipasang atau dioperasikan di perairan penangkapan.
Hasil Tangkap
            Jenis hasil tangkapan utama alat tangkap jaring insang ini adalah beberapa jenis ikan demersal dan ikan pelagis, ikan yang tertangkap dengan alat tangkap ini antara lain jenis ikan dasar seperti ikan kembung kuring, kembung kedah, kerisi, kerapu, selar, gulama, tenggiri, lidah, kepiting, cumi-cumi. Untuk mengetahui berapa hasil tangkapan jaring insang berdasarkan operasi alat tangkap dan perairan penangkapan.  Jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Produksi tangkap selama penelitian (kg)
No
Jenis Ikan
Produksi (kg)
1.
Kembung Kuring
166,7
2.
Kembung Kedah
186,1
3.
Kerapu
7,6
4.
Selar
111,1
5.
Gulama
93,2
6.
Lidah
41
7.
Tenggiri
17,6
8.
Kerisi
85,6
9.
Kepiting
12,5
10.
Cumi-cumi
19,1
11.
Parang
58,9
12.
Sotong
10,3
13.
Gabus Pasir
24,5
14.
Campur
136,7
Total
970,9
Rata-rata
69,35
Sumbr : Data Primer
            Hasil tabulasi terlihat bahwa ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung kedah, ikan kembung kuring dan ikan campur, kemudian di ikuti oleh ikan selar, ikan gulama, ikan kerisi, ikan parang, ikan lidah, ikan gabus pasir, cumi-cumi, ikan tenggiri, kepiting, sotong, dan ikan kerapu. Karena alat tangkap yang di gunakan adalah jaring insang, maka yang dominan tertangkap ikan kembung, sedangkan jenis ikan yang lain menabrak jaring insang dasar.
Potensi sumberdaya ikan yang terdapat di perairan laut terdiri dari berbagai jenis ikan pelagis kecil, pelagis besar dan ikan demersal. Ikan yang diproduksi dan di perdagangkan terutama dari jenis ikan kembung, kerapu, selar, gulama, udang, kepiting, yang berasal dari perairan laut. Namun besarnya hasil tangkapan tidak semata-mata dipengaruhi oleh ukuran lebar alat tangkap jaring insang, tetapi juga akan dipengaruhi oleh stok sumberdaya ikan di areal pengoperasian alat tangkap tersebut (Nahib et al, 2007).
Berdasarkan pengamatan di lapangan daerah operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang yang dilakukan oleh nelayan itu sendiri, penentuan daerah penangkapan ikan dapat dilakukan dengan dukungan berbagai informasi. Informasi dapat diperoleh berdasarkan pengalaman nelayan dan bantuan tekhnologi yang terus berkembang. Karena nelayan gill net di Kecamatan Brandan Barat belum banyak menggunakan alat bantu penangkapan ikan yang berteknologi tinggi seperti sonar atau echosounder untuk menemukan gerombolan ikan, maka pengalaman menjadi sangat penting dalam keberhasilan penangkapan. Hal ini karena satu-satunya cara nelayan menentukan fishing ground adalah berdasarkan pengalaman yang didapat secara turun temurun.
Biasanya nelayan melihat tanda-tanda alam seperti adanya burung-burung yang terbang menukik di atas suatu perairan, maka diduga burung tersebut sedang berburu ikan berarti daerah tersebut terdapat gerombolan ikan. Cara lain yang dilakukan yaitu mengingat di daerah mana biasanya banyak tertangkap ikan pada operasi penangkapan yang dilakukan sebelumnya.
Daerah Penangkapan (fishing ground) di perairan Kecamatan Brandan Barat dengan pengoperasian alat tangkap jaring insang umumnya digunakan di perairan tertentu yang memiliki kecerahan sedang, salinitas sedang dan dasar perairan pasir. Penggunaan alat tangkap ini umumnya ditujukan untuk menangkap ikan yang berada di dasar perairan (Demersal). Pada dasarnya, nelayan Kecamatan Brandan Barat yang masih bersifat  tradisional, yang masih menggunakan perkiraan (feeling) untuk menentukan daerah penangkapan dan dari informasi nelayan lain  yang sudah pernah melakukan penangkapan di perairan tersebut. Sehingga pemilihan daerah penangkapan oleh nelayan berdampak pada jumlah hasil tangkapan.
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan yang ada di kecamatan Kecamatan Brandan Barat dengan alat tangkap jaring insang masih bersifat tradisional, perairan operasi penangkapan Kecamatan Brandan Barat dan sekitarnya. Perairan Kecamatan Brandan Barat mempunyai potensi perikanan yang cukup baik, karena perairan ini belum pernah mengalami pencemaran lingkungan yang menyebabkan rendahnya hasil penangkapan  nelayan.
Proses tertangkapnya ikan dengan berbagai jenis jaring insang baik yang ditetapkan dengan adanya jangkar ataupun yang mengapung secara pasif, banyak ditentukan oleh aktifitas ikan yang datang kearah jaring sehingga menyebabkan ikan terjerat pada jaring tersebut.
Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989) sejauh ini telah diketahui bahwa proses tertangkapnya ikan oleh suatu alat penangkap ternyata menyangkut sejumlah interaksi yang cukup pelik yang menyangkut berbagai mekanisme alat penangkap tersebut di satu pihak dan berbagai hal yang berkaitan dengan tingkah laku ikan.

Analisis Usaha
            Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring insang  (gill net) yang dioperasikan, memerlukan biaya untuk sarana prasarana penangkapan dan memulai usaha penangkapan dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2. Analisis ekonomi usaha jaring insang (gill net) dasar KUB Usaha Bersam
No
Uraian
@
Satuan
Harga (Rp)
Trip/
Thn
Umur Teknis (Thn)
Penyusutan/
Tahun
Nilai Penyusutan
1 tahun
1.
Investasi
Kapal
15
Buah
5
39.333.333
Alat Tangkap
15
Buah
2
20.200.000
Mesin
15
Buah
5
6.766.666
Fiber
47
Buah
5
2.820.000
Total
69.119.999
2.
Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
a.
Penyusutan
Kapal
15
Buah
39.333.333
5
20%
7.866.666
Alat Tangkap
15
Buah
20.200.000
2
50%
10.100.000
Mesin
15
Buah
6.766.666
5
20%
1.353.333
Fiber
47
Buah
2.820.000
5
20%
564.000
Total
19.883.999
b.
Perawatan
Kapal
15
Buah
4.973.333
Alat Tangkap
15
Buah
1.633.333
Mesin
15
Buah
640.000
Total
7.246.666
Solar
348
Liter
6.500
240
542.880.000
Es Batu
15
Batang
40.000
240
144.000.000
Konsumsi
1.020.000
240
244.800.000
Total
931.680.000
3.
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Perawatan
7.246.666
Penyusutan
19.883.999
Bagi Hasil ABK
34
Orang
80.000
240
652.800.000
Total
679.930.665
4.
Total Biaya (2 + 3)
2.a. Total Penyusutan
19.883.999
b. Total Perawatan
7.246.666
Total c, d, e
931.680.000
3.a. Total Biaya Tetap
679.930.665
Total
1.638.741.330
Sumber : Data Primer.


Tabel 3.  Hasil produksi alat tangkap jaring insang (gill net) dasar KUB Usaha Bersama
Sampel
Produksi (Kg)
Tanggal selama pengamatan
17/12/2016
24/12/2016
29/12/2016
05/01/2017
10/01/2017
15/01/2017
20/01/2017
23/01/2017
28/01/2017
03/02/2017
1.
61,9
60,1
51,1
61,4
59,4
61,7
50,2
62,3
49,8
62,5
2.
66,9
52,2
64,3
60,8
57,2
49,5
62,3
50
57
55,7
3.
41,7
57,3
62,9
56
58,1
58,9
57,4
55,1
63
57,3
4.
59,1
52,9
58,5
63
61,9
41,7
66
57,1
55,4
60,5
5.
59,1
60,4
66
61,9
58,1
64,3
49,2
60,1
50,1
53,3
6.
59,7
46,9
59,3
63,8
56,6
41,1
50,1
55,1
49,1
62,2
7.
66,5
59,9
65,6
61,9
55,8
60,2
61,4
62,1
60,7
58,4
8.
57,1
61,1
60,4
52,6
60,2
57,1
59,7
54,3
61,9
60,3
9.
59,7
59,9
58,7
64,1
64,1
46,9
45,5
60,3
49,1
45,5
10.
60,1
57
61,1
53,3
60,5
48,8
57,1
58
60
55
11.
64,6
64,1
61,4
58,4
61,4
53
52,2
57,3
51,1
61,4
12.
65,9
48,4
60,3
61,1
66,9
66
65,9
63
61,4
58,1
13.
66
57,7
53,8
60,2
55
57,7
57
46,8
52,9
52,2
14.
54,3
62,5
58,4
50,1
65,1
59,9
50,1
60,2
61,1
64,1
15.
65,9
45,3
59,8
60,7
62,1
65,9
66
64,1
65,5
63
Total
908,5
845,7
901,6
889,3
902,4
832,7
850,7
865,8
848,1
869,9
Rata-rata
60,56
56,38
60,1
59,28
60,16
55,51
56,71
57,72
56,54
57,96
Sumber : Data Primer.


Tabel 4. Jenis Ikan Tangkapan Produksi Per Trip (Catch Per Unit Effort).
Sampel
Jenis Ikan (Kg)
Kembung Kuring
Kembung Kedah
Kerapu
Selar
Gulama
Lidah
Tenggiri
Kerisi
Kepiting
Cumi-cumi
Parang
Sotong
Gabus Pasir
Campur
1.
-
15
-
13
19,8
-
1,5
-
-
2
-
-
-
10,6
2.
16,7
20
-
-
14,6
-
-
10,3
-
-
-
-
-
5,3
3.
-
18
1,5
-
-
5,4
-
11
-
-
-
1
-
4,8
4.
-
20
-
5
3,4
-
-
6
2
-
14
-
-
8,7
5.
9
17
-
-
10
-
5,7
-
-
-
-
-
6
11,4
6.
14
-
1,5
19
-
-
-
8
1
3,7
7
-
-
5,5
7.
20
-
-
15
16,7
13
-
-
2,5
-
-
-
-
9,3
8.
18,3
15
-
-
-
-
-
2,6
-
5
5,5
3,2
-
7,5
9.
-
13,4
-
9,6
5
-
-
11,3
1,2
-
8
-
5
6,2
10.
20
19,3
-
12,2
9
9,2
-
-
1,8
2,2
13
-
-
12,4
11.
21
-
1
-
8,7
-
2,6
15,2
-
-
-
2,5
5
8,6
12.
14
17
-
14,5
-
5
-
-
2,3
2,5
3
-
-
10,6
13.
18,7
-
1,8
15
-
-
7,8
-
-
-
8,4
-
8,5
15,8
14.
-
19,4
1,8
-
6
-
-
12,4
1,7
1
-
2
-
10,4
15.
15
12
-
7,8
-
8,4
-
8,8
-
2,7
-
1,6
-
9,6
Jumlah
166,7
186,1
7,6
111,1
93,2
41
17,6
85,6
12,5
19,1
58,9
10,3
24,5
136,7
Rataan
16,67
16,91
1,52
12,34
10,35
8,2
4,4
9,51
1,78
2,72
8,41
2,06
6,12
9,11
Harga (Rp)
20.000
20.000
45.000
15.000
8.000
10.000
18.000
15.000
40.000
25.000
10.000
20.000
7.000
5.000
Pendapatan
3.334.000
3.722.000
342.000
1.666.500
745.600
410.000
316.800
1.284.000
500.000
477.500
589.000
206.000
171.500
683.500
Sumber : Data Primer.


v Penerimaan (Gross Income).
Keterangan :    Ikan Kembung Kuring            : 166,7 Kg x 20 Trip = 3.334 Kg x Rp. 20.000 = Rp. 66.680.000;-
                        Ikan Kembung Kedah             : 186,1 Kg x 20 Trip = 3.722 Kg x Rp. 20.000 = Rp. 74.440.000;-
                        Ikan Kerapu                            : 7,6 Kg x 20 Trip = 152 Kg x Rp. 45.000 = Rp. 68.400.000;-
                        Ikan Selar                                : 111,1 Kg x 20 Trip = 2.222 Kg x Rp. 15.000 = Rp. 33.330.000;-
                        Ikan Gulama                           : 93,2 Kg x 20 Trip = 1.864 Kg x Rp.8.000 = Rp. 14.912.000;-
                        Ikan Lidah                               : 41 Kg x 20 Trip = 820 Kg x Rp. 10.000 = Rp. 8.200.000;-
                        Ikan Tenggiri                          : 17,6 Kg x 20 Trip = 352 Kg x Rp. 18.000 = Rp. 6.336.000;-
                        Ikan Kerisi                              : 85,6 Kg x 20 Trip = 1.712 Kg x Rp. 15.000 = Rp. 25.680.000;-
                        Kepiting                                  : 12,5 Kg x 20 Trip = 250 Kg x Rp. 40.000 = Rp. 100.000.000;-
                        Cumi-cumi                              : 19,1 Kg x 20 Trip = 382 Kg x Rp. 25.000 = Rp. 9.550.000;-
                        Ikan Parang                             : 58,9 Kg x 20 Trip = 1.178 Kg x Rp. 10.000 = Rp. 11.780.000;-
                        Sotong                                     : 10,3 Kg x 20 Trip = 206 Kg x Rp. 20.000 = Rp. 4.120.000;-
                        Ikan Gabus Pasir                     : 24,5 Kg x 20 Trip = 490 Kg x Rp. 7.000 = Rp. 3.430.000;-
                        Ikan Campur                           : 136,7 Kg x 20 Trip = 2.734 Kg x Rp. 5.000 = Rp. 13.670.000;-
                        Total Penerimaan                    : Rp. 440.528.000;-
Tabel 5. Biaya Tetap (Fixed cost)
No
Biaya Tetap
1 Bulan (Rp)
1.
Perawatan
20.780.000
2.
Penyusutan
51.840.000
Total
72.620.000

Tabel 6. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Biaya Tidak Tetap
@
Satuan
Harga (Rp)
Trip/Bulan
1 Bulan
Solar
348
Liter
6.500
20
45.240.000
Es Batu
15
Batang
40.000
20
12.000.000
Konsumsi
1.020.000
20
20.400.000
Bagi Hasil ABK
34
Orang
80.000
20
54.400.000
Total
132.040.000






Tabel 7. Biaya Investasi Usaha Penangkapan
No
Kapal (Rp)
Alat Tangkap
(Rp)
Mesin (Rp)
Tempat ikan (Fiber)
(Rp)
Total
Rata-rata
Penyusutan
1.
40.000.000
20.000.000
6.000.000
2.700.000
68.700.000
17.175.000
3.435.000
2.
30.000.000
15.000.000
6.000.000
1.800.000
52.800.000
13.200.000
2.640.000
3.
35.000.000
15.000.000
7.000.000
2.700.000
59.700.000
14.925.000
2.985.000
4.
45.000.000
20.000.000
8.000.000
3.600.000
76.600.000
19.150.000
3.830.000
5.
40.000.000
20.000.000
7.000.000
2.700.000
69.700.000
17.425.000
3.485.000
6.
50.000.000
30.000.000
8.000.000
3.600.000
91.600.000
22.900.000
4.580.000
7.
30.000.000
18.000.000
5.000.000
1.800.000
54.800.000
13.700.000
2.740.000
8.
30.000.000
15.000.000
5.000.000
2.700.000
52.700.000
13.175.000
2.635.000
9.
35.000.000
15.000.000
6.000.000
2.700.000
58.700.000
14.675.000
2.935.000
10.
40.000.000
25.000.000
8.000.000
3.600.000
76.600.000
19.150.000
3.830.000
11.
50.000.000
25.000.000
8.500.000
3.600.000
87.100.000
21.775.000
4.355.000
12.
45.000.000
20.000.000
7.000.000
2.700.000
74.700.000
18.675.000
3.735.000
13.
35.000.000
15.000.000
6.000.000
1.800.000
57.800.000
14.450.000
2.890.000
14.
40.000.000
20.000.000
7.000.000
2.700.000
69.700.000
17.425.000
3.485.000
15.
45.000.000
30.000.000
7.000.000
3.600.000
85.600.000
21.400.000
4.280.000
Total
590.000.000
303.000.000
101.500.000
42.300.000
1.036.800.000

51.840.000
Rata-rata
39.333.333
20.200.000
6.766.666
2.820.000
69.120.000
3.456.000


Tabel 8. Waktu Operasi Penelitian
Sampel
Waktu Opreasional
Waktu Pergi
Waktu Operasi
Waktu Pulang
Waktu
Jam
Waktu
Jam
Waktu
Jam
1.
06.30 – 07.50 Wib
1,2
07.50 – 16.07 Wib
8,57
16.07 – 18.20 Wib
2,13
2.
04.50 – 06.40 Wib
1,9
06.40 – 17.20 Wib
10,8
17.20 – 19.20 Wib
2
3.
05.00 – 07.30 Wib
2,3
07.30 – 16.40 Wib
9,1
16.40 – 19.00 Wib
2,6
4.
05.50 – 07.20 Wib
1,7
07.20 – 15.40 Wib
8,2
15.40 – 18.50 Wib
3,1
5.
05.30 – 07.50 Wib
2,2
07.50 – 17.10 Wib
9,6
17.10 – 19.40 Wib
2,3
6.
06.50 – 08.40 Wib
1,9
08.40 – 16.20 Wib
7,8
16.20 – 18.00 Wib
1,8
7.
05.40 – 07.10 Wib
1,7
07.10 – 17.20 Wib
10,1
17.20 – 19.50 Wib
2,3
8.
04.30 – 06.40 Wib
2,1
06.40 – 16.40 Wib
10
16.40 – 18.40 Wib
2
9.
05.40 – 07.10 Wib
1,7
07.10 – 17.50 Wib
10,4
17.50 – 19.30 Wib
1,8
10.
06.30 – 07.40 Wib
1,1
07.40 – 17.07 Wib
9,67
17.07 – 19.48 Wib
2,41
11.
05.50 – 07.40 Wib
1,9
07.40 – 16.50 Wib
9,1
16.50 – 18.40 Wib
1,9
12.
05.10 – 07.50 Wib
2,4
07.50 – 17.48 Wib
9,98
17.48 – 19.52 Wib
2,04
13.
04.45 – 06.25 Wib
1,8
06.25 – 17.28 Wib
11,03
17.28 – 19.50 Wib
2,22
14.
05.20 – 07.10 Wib
1,9
07.10 – 17.45 Wib
10,35
17.45 – 19.54 Wib
2,09
15.
06.43 – 08.10 Wib
1,67
08.10 – 17.55 Wib
9,45
17.55 – 19.58 Wib
2,03
Total
27,47
144,15
32,72
Rata-rata
1,83
9,61
2,18
Sumber : Data Primer.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.    Hasil analisis laba/rugi terhadap Usaha Jaring Insang (Gill Net) Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binaan Penyuluh Perikanan Studi Kasus Di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat didapatkan sebesar Rp. 235.868.000;-. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat tangkap jaring insang (gill net) dasar lebih menguntungkan dilihat dari keuntungan pertahunnya.
2.    Hasil Analisis R/C (Revenue Cost Ratio) Usaha Jaring Insang (Gill Net) Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binaan Penyuluh Perikanan Studi Kasus Di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat menguntungkan dan efisien. Hal ini dilihat dari nilai R/C untuk usaha perikanan jaring insang (Gill Net) dasar R/C (Revenue Cost Ratio) sebesar 2,15 maka usaha penangkapan jaring insang (Gill Net) dasar dinyatakan layak.
3.    Dilihat dari waktu tingkat pengembalian investasi suatu usaha, maka Usaha Jaring Insang (Gill Net) Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binaan Penyuluh Perikanan Studi Kasus Di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat dalam mengambil investasi yang dikeluarkan melalui keuntungan yang di tanam dalam usaha jaring insang dasar jangka waktu 5 Tahun 2 Bulan 74 Hari.

Saran
1.    Untuk meningkatkan hasil tangkapan Usaha Jaring Insang (Gill Net) Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binaan Penyuluh Perikanan Studi Kasus Di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat sebaiknya menggunakan alat bantu penangkapan seperti Echosounder untuk membantu/memudahkan menemukan gerombolan ikan.
2.    Pengambangan mata pencaharian altenatif pada musim tertentu akan sangat membantu  Usaha Jaring Insang (Gill Net) Dasar Pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binaan Penyuluh Perikanan Studi Kasus Di Kecamatan Brandan Barat  Kabupaten Langkat dalam meningkatkan pendapatan keluarga mereka.



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1981. Meningkatkan Keterampilan Dalam Teknik Moderisasi Bertahap Penangkapan ikan.
Ardidja Supardi, 2011. Usaha Penangkapan Ikan dengan Gill net. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ayodhyoa, A.U. 1983. Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik: IPB Bogor.
Ayodhyoa,A.U. 1974. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas Perikanan IPB. Bogor.
Ayodhyoa,A.U. 1975. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Barus, HR, 1983. Penelitian Alat Tangkap Pasang Surut ‘’tidak Trap’’ Dan Aspeknya Di Perairan Selat Malaka, Laporan Penelitian Perikanan Laut No. 25 tahun 1983,BPPL, Jakarta.
BPS Kabupaten Langkat. 2018. Langkat dalam Angka 2018. Stabat
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Langkat. 2018. Data Base Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat 2018. Stabat.

Effendi, I. dan Oktariza, W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartuti, M. Prayogi. Mulyaningsih, W. Manoppo, A. 2004. Implementasi dan Pembinaan Aplikasi Informasi Zona Potensi di Situbondo dan Makasar. Pusat Pengembangan dan Pemanfaatan Teknik Pengendaraan Jauh. Lapan.
Klust, Gerhard. 1987. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (gill net). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.