Friday, August 19, 2022

PELUNYA MENDIDIKAN ANAK NELAYAN TRADISIONAL SEJAK DINI




Seperti kita ketahui bersama, kemiskinan pada masyarakat pesisir merupakan permasalahan yang sudah menjadi fenomena umum di kalangan masyarakat. Dimana salah satu penyebabnya adalah karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang pengelolaan sumber daya alam yang ada disekitar mereka. Pengetahuan dan pemahaman erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. Oleh karena itu memberikan pendidikan bagi anak-anak nelayan khusunya nelayan skala kecil (tradisional) sejak dini menjadi salah satu langkah yang dianggap bijaksana (wise).

Terpuruknya sumber daya pesisir dan lautan yang berimbas kepada menurunnya pendapatan serta kesejahteraan nelayan sebenarnya tidak terlepas dari banyak faktor. Baik itu faktor sumber daya manusia, faktor ekonomi, faktor sosial, teknologi dan hukum serta kelembagaan yang belum berpihak ke kawasan pesisir dan lautan. Menumbuhkan kesadaran bersama dianggap paling efektif untuk mengatasi beberapa faktor penyebab kemiskinan di kawasan pesisir tersebut. Kesadaran akan timbul jika sudah tahu. Seperti pepatah bilang ‘tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta’. Oleh karena itu, dengan memperkenalkan karakteristik wilayah pesisir dan laut serta sistem ekologi yang terkandung di dalamnya kepada anak-anak nelayan sejak dini diyakini akan memberikan dampak fositif  jangka panjang.

Beberapa alasan mengapa anak-anak di kawasan pesisir tidak bersekolah adalah 1) orang tua mereka juga tidak bersekolah, sehingga tidak ada anjuran kepada anak-anak mereka juga untuk menuntut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, 2) ketidak berdayaan para orang tua dalam hal keuangan sehingga anak-anak umumnya putus sekolah, 3) kemauan dari anak itu sendiri rendah, 4) bekerja membantu orang tua atau bekerja sendiri mencari ikan, udang dan kepiting disekitar rumah atau kampung saja sudah dapat menghasilkan uang Rp.50.000 – Rp.100.000 per hari, 5) suka membandingkan, sebagai contoh sorang sarjana saja hanya digaji perusahaan ± Rp.2-3 juta per bulan, saya saja anak-anak dapat segitu kata mereka.

Padahal satu hal yang mereka tidak fahami adalah bahwa sumber daya pesisir dan laut itu (baik itu sumber daya ikan yang ada di dalamnya, ekosistem pesisir dan laut itu sendiri dan pengaruh pencemaran yang masuk) membuat daya dukung dan daya tampungnya akan semakin menurun jika tidak dikelola dengan baik atau secara berkelanjutan. Laut sebagai kawasan milik bersama dan sifatnya yang open acces membuat sertiap orang akan kesulitan dalam mengontrol setiap kegiatan yang beraktifitas dinsan. Ditambah lagi ukuran laut laut yeng sangat luas, membuat laku menjadi aset yang harus dikelola dengan penuuh kesadaran secara bersama-sama. Tidakan membuang sampah sembarangan, menangkap ikan yang tidak sesuai ukuran konsumsi atau sedang bertelur akan menyebabkan siklus hidup di ekosistem pesisir dan laut akan terganggu. Menebang hutan mengrove tidak mempertimbangkan ukuran (tebang pilih) akan menyebabkan ekosistem tempat ikan, udang dan kepiting mencari makan rusak.

Cara dan teknologi pemanfaatan sumber daya pesisir yang tidak ramah lingkungan serta berkelanjutan akan berdampak pada menurunnya sumber daya ikan yang ada. Setidaknya pendidikan seperti inilah yang harus kita sampaikan/sosialisasikan kepada anak-anak nelayan. Bagaimana mereka harus mengerti secara rasional bahwa laut juga kemempuan/ ambang batas dalam menerima respon/masukan dari luar. Laut juga harus dijaga secara bersama-sama, demi keberlanjutan sumber daya yang ada di dalamnya untuk masa mendatang.

Keberlanjutan sumber daya wilayah pesisir dan laut akan sangat berdampak kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal disekitarnya. Sebagai contoh, dahulu kala pada saat ekosistem pesisir masih baik, maka nelayan tidak sesulit sekarang dalam mendapatkan ikan hasil tangkapan di sungai ataupun laut. Sekarang, pada saat daya dukung ekosistem pesisir sudah semakin menurun, maka nelayan pada umumnya harus ke tengah lautan untuk mencari ikan. Hal ini karena di kawasan pesisir pantai ikan-ikan sudah tidak ada lagi. Akhir kata, marilah kita kelola sumber daya pesisir dan laut dengan melakukan pendekatan pendidikan pada anak usia dini, sehingga kawasan pesisir dan laut dapat menyediakan sumber daya ikan yang melimpah bagi kita dan anak cucu kita mendatang

Friday, August 5, 2022

Jenis-Jenis Kelembagaan Kelompok Perikanan




Pengertian kelompok sangatlah beragam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) disebutkan antara lain bahwa yang dimaksud dengan ”Kelompok: adalah:
§  Golongan (profesi, aliran, lapisan masyarakat, dsb);
§  Kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu;
§  Kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama atau hubungan dengan pihak yang sama.
H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok/sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu (Pranoto dan Suprapti, 2006).
Apabila kita berbicara tentang kelompok dibidang kelautan dan perikanan, maka harus kita batasi pembahasannya pada kelembagaan pelaku utama yang bergerak/berusaha dibidang kelautan dan perikanan. Menurut UU No. 16 tahun 2006, BAB V pasal 19 bahwa Kelembagaan pelaku utama, yang beranggotakan : pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan/atau nelayan. Kelembagaan ini dapat bersifat formal maupun non formal. Fungsi dari kelembagaan pelaku utama ini adalah sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang. Kelembagaan dapat berbentuk kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi.
Kelembagaan kelompok pelaku utama dibidang perikanan sangatlah beragam, dapat berdasarkan jenis usahanya, lingkungan tempat tinggalnya, ataupun karakteristik pelaku utama itu sendiri, dibawah ini beberapa contoh kelembagaan kelompok pelaku utama perikanan:
Kelembagaan Nelayan
a)     Kelompok Nelayan menurut alat tangkap ikan:
(1)   Kelompok nelayan trawl
(2)   Kelompok nelayan purse seine
(3)   Kelompok nelayan lampara
(4)   Kelompok nelayan paying
(5)   Kelompok nelayan pancing
(6)   Kelompok nelayan alat tangkap lain/kombinasi alat .
b)     Kelompok nelayan menurut daerah operasi:
(1)   Kelompok nelayan daerah operasi 0 – 3 mil;
(2)   Kelompok nelayan daerah operasi 3 – 12 mil;
(3)   Kelompok nelayan daerah operasi > 12 mil;
c)     Kelompok Usaha Bersama (KUB)
     Merupakan kelembagaan perikanan yang bergerak dalam bidang usaha penangkapan ikan, penanganan dan pengolahan produk perikanan, pemasaran hasil perikanan maupun usaha pendukung kegiatan perikanan tangkap.
2.     Kelembagaan Pembudidaya
a)     Kelompok Pembudidaya menurut jenis usahanya :
(1)   Kelompok Pembenihan Ikan
(2)   Kelompok Pembesaran Ikan
(3)   Kelompok  
b)     Kelompok Pembudidaya menurut komoditasnya :
(1)   Kelompok Pembudidaya Ikan Konsumsi
(2)   Kelompok Pembudidaya Ikan Hias
(3)   Kelompok Pembudidaya Udang
(4)   Kelompok Pembudidaya Kerang-kerangan
(5)   Kelompok Pembudidaya Rumput Laut
c)     Kelompok Pembudidaya menurut lahan/hamparan usahanya :
(1)   Kelompok Pembudidaya perairan air tawar
(2)   Kelompok Pembudidaya perairan air payau
(3)   Kelompok Pembudidaya perairan laut
d)     Kelompok Pembudidaya menurut jenis pelakunya :
(1)   Kelompok Pembudidaya dewasa
(2)   Kelompok Pembudidaya wanita
(3)   Kelompok Pembudidaya pemuda
3.     Kelembagaan Pengolah Ikan
a)     Kelompok Pengolah Ikan menurut jenis olahan :
(1)   Kelompok Pengolah ikan asin/kering
(2)   Kelompok Pengolah ikan pindang
(3)   Kelompok Pengolah terasi, petis.
(4)   Kelompok Pengolah tepung ikan, silase.
(5)   Kelompok Pengolah ikan kombinasi/lebih dari 1 jenis olahan
b)     Kelompok Pengolah ikan menurut komoditasnya :
(1)   Kelompok Pengolah Ikan Lemuru
(2)   Kelompok Pengolah Ikan Tenggiri
(3)   Kelompok Pengolah Udang
(4)   Kelompok Pengolah Rumput Laut
c)     Kelompok Pengolah menurut jenis pelakunya :
(1)   Kelompok Pembudidaya dewasa
(2)   Kelompok Pembudidaya wanita
(3)  Kelompok Pembudidaya pemuda