Saturday, September 17, 2022

BUDIDAYA IKAN NILA DI KOLAM TANAH





Usaha budidaya ikan nila semakin diminati. Ikan nila mudah dipelihara dan relatif tahan banting. Pasarnya terbuka luas mulai dari pasar lokal sampai ke mancanegara. Budidaya ikan nila tidaklah sulit, karena ikan ini merupakan jenis ikan yang mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik. Di alam bebas, ikan nila banyak ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa dengan suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8. Ikan nila termasuk hewan pemakan segala atau omnivora. Makanan alaminya plankton, plankton, tumbuhan air dan berbagai hewan air lainnya.
Budidaya ikan nila bisa menggunakan berbagai jenis kolam, mulai dari kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring terapung hingga tambak air payau. Dari sekian jenis kolam tersebut, kolam tanah paling banyak digunakan karena cara membuatnya cukup mudah dan biaya konstruksinya murah. Keunggulan lain kolam tanah adalah bisa menjadi tempat tumbuh berbagai tumbuhan dan hewan yang bermanfaat sebagai pakan alami bagi ikan. Sehingga bisa mengurangi biaya pembelian pakan buatan atau pellet.
Untuk memulai budidaya ikan nila di kolam tanah ada beberapa hal yang harus persiapkan dan diperhatikan, yakni pembuatan kolam, persiapan kolam, pemilihan & pemasukan benih, pemeliharaan/ pembesaran, penanganan penyakit dan pemanenan. Dalam video ini kita akan bahas hal tersebut satu per satu dengan jelas dan ringkas.
1.    Pembuatan kolam
Banyak pembudidaya ikan membuat kolam ikan secara asal-asalan. Bahkan terkadang tidak lebih seperti kubangan air saja. Hal ini yang membuat produktivitas budidaya tidak maksimal. Faktor kolam tidak kalah penting dengan faktor budidaya lainnya seperti benih, pakan dan air. Kolam ikan merupakan tempat habitat hidup ikan. Kondisi kolam ikan menentukan baik tidaknya pertumbuhan ikan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kolam ikan. Mulai dari menganalisis jenis tanah, kontur lahan, tata letak kolam, irigasi, penggalian, pembuatan tanggul hingga pengaturan sirkulasi air.
Jenis tanah yang paling baik untuk membuat kolam tanah adalah tanah liat berpasir. Jenis tanah ini cukup kedap air, teksturnya solid sehingga pembuatan tanggulnya pun lebih mudah. Bila tanah yang tersedia terlalu gembur, perlu usaha ekstra agar berfungsi dengan baik. Misalnya dinding kolam diberi lapisan semen atau batu bata. Cara ini efektif mencegah kebocoran, namun biaya kontruksinya jauh lebih mahal. Cara sederhana menentukan jenis tanah adalah dengan menggenggam segumpal tanah yang telah dibasahi dengan air. Kemudian kepalkan tanah tersebut kuat-kuat. Kemudian buka telapak tangan Anda. Bila di permukaan telapak tangan hanya ada sedikit pasir maka bisa dikatakan tanah liat berpasir. Bila jumlah pasir yang menempel di telapak tangan banyak, tanah tersebut dikategorikan tanah gembur.
Kontur lahan
Setelah menganalisis jenis tanah, amati kontur lahan yang akan dijadikan kolam ikan. Apakah lahan datar atau lahan miring. Kemiringan lahan menentukan metode penggalian dan pembuatan tanggul. Pada lahan miring, pengaturan pola aliran air lebih mudah. Penggalian tanah di lahan miring cukup dilakukan pada satu sisi. Kemudian tanah hasil galian digunakan untuk membuat tanggul di sisi lain. Sedangkan pada lahan datar, penggalian dilakukan di semua sisi. Hasil galian dijadikan untuk membuat tanggul. 

Tata letak kolam ikan
Bila kita ingin membuat satu kolam saja, tata letak kolam lebih sederhana. Tinggal memaksimalkan letak parit yang dijadikan sumber air dan sistem pembuangan. Namun apabila jumlah kolam yang akan dibuat banyak. Tata letak kolam perlu dipertimbangkan dengan seksama. Dilihat dari sistem pengairannya terdapat dua tipe tata letak kolam ikan, yakni pararel dan seri. Dalam sistem pengairan pararel masing-masing kolam menerima asupan air dari sumber air secara langsung. Parit atau saluran irigasi harus dibuat melewati setiap kolam ikan yang ada. Konsekuensinya biaya kontruksi akan lebih besar.
Sistem pengairan pararel lebih baik dalam hal menjaga kualitas air. Karena air yang masuk ke dalam kolam merupakan air segar, langsung dari sumber air. Belum tercemar oleh sisa-sisa pakan terlarut atau bibit penyakit yang ada pada kolam ikan sebelumnya. Sedangkan dalam sistem pengairan seri, setiap kolam ikan menerima asupan air dari pengeluaran kolam lainnya. Sebagai contoh, kolam ikan pertama mendapat air dari sumber air secara langsung. Kemudian kolam ikan kedua menerima asupan air dari pengeluaran kolam pertama. Kolam ikan ketiga menerima asupan air dari pengeluaran kolam ikan kedua, dan seterusnya.
Sistem pengairan seri cocok diterapkan di daerah yang memiliki sumber air terbatas. Kelemahan sistem pengairan seri adalah sulit untuk mengontrol pencemaran air dan penyebaran penyakit. Misalnya bila kolam pertama terserang penyakit, akan mudah menyebar ke kolam berikutnya. Begitu juga dengan cemaran air lainnya. Keuntungan sistem seri saluran irigasinya tidak memakan tempat dan bisa dibuat simpel. Sehingga biaya kontruksinya lebih murah. Biaya pemeliharaannya pun lebih murah.

Membuat tanggul kolam ikan

Tanggul berfungsi untuk menahan air dan sebagai pembatas kolam ikan. Tanggul yang baik harus kedap air (tidak rembes), kuat menahan beban air, tidak mudah erosi, dan tidak bocor. Untuk jenis tanah liat berpasir, tanggul bisa dibuat hanya dengan tanah. Tetapi untuk jenis tanah yang gembur dan mudah erosi diperlukan tanggul dari batu atau tembok.

a. Tanggul tanah

Apabila jenis tanahnya memungkinkan, kolam ikan bisa dibuat hanya dengan menggunakan tanggul tanah. Dari segi konstruksi, pembuatan tanggul tanah lebih murah dan mudah. Berikut langkah-langkah membuat tanggul tanah:
§  Tetapkan luas kolam yang akan digali, tentukan garis batasnya.
§  Kemudian mulai menggali lapisan tanah atas sedalam kurang lebih 10 cm. Pisahkan tanah lapisan atas ini, untuk nanti ditebarkan kembali ke dasar kolam. Tanah bagian atas ini kaya akan bahan organik yang berguna bagi kehidupan ikan.
§  Mulai gali kembali permukaan tanah sedalam 60 cm. Bagian tanah yang ini digunakan untuk membuat tanggul. Bersihkan dari batuan, akar atau pun sampah lainnya agar tanggul yang disusun tidak bocor.
§  Tanggul dibuat dengan penampang berbentuk trapesium. Lebar di bagian bawah dan menyempit di bagian atas. Semakin lebar tanggul semakin baik, karena akan semakin kokoh. Tapi tentunya semakin lebar tanggul akan memakan tempat. Sesuaikan lebar tanggul dengan luas kolam.
§  Sebelum tanggul dibuat, sebaiknya gali dasar tanggul sedalam 20-25 cm sebagai pondasi (lihat gambar). Kemudian isi dengan tanah hasil galian dan mampatkan. Tanah galian untuk membentuk tanggul bisa diairi terlebih dahulu agar solid.

 b. Tanggul tembok

Tanggul tembok diperlukan apabila kita menginginkan kolam yang lebih permanen dan jenis tanah yang ada tidak memungkinkan untuk membuat tanggul tanah. Tembok bisa digunakan sebagai pelapis atau pembatas. Sebagai pelapis artinya, lapisan tembok hanya memperkuat tanggul tanah. Biasanya diterapkan pada kolam tunggal. Untuk jumlah kolam yang banyak, biasanya seluruh tanggul dibuat dari lapisan batu-bata dan adukan semen atau dibeton. Tanggul menjadi pembatas antara kolam yang satu dengan kolam yang lain. Pembuatan tanggul dari tembok tentunya memerlukan biaya yang jauh lebih besar daripada tanggul tanah.

Membuat saluran air

Saluran air masuk dan keluar merupakan bagian vital dari kolam ikan. Saluran ini bertugas menjaga kualitas air kolam. Bila saluran air terhambat, kualitas air kolam akan turun dan bisa menyebabkan kematian pada ikan. Saluran masuk dan keluar air untuk kolam ikan bisa dibuat lebih dari satu. Pada kolam-kolam yang besar, biasanya dibuat 2-3 pasang saluran air. Pada kolam lebih kecil cukup dibuat satu pasang saluran.
Jarak antar saluran masuk dan keluar harus dibuat sejauh mungkin. Letak saluran masuk dan keluar sebisa mungkin bersilangan jangan sejajar. Gunanya agar terjadi sirkulasi air dalam kolam. Air yang masuk tidak langsung keluar, melainkan menggantikan air lama.

a. Saluran masuk

Saluran masuk bisa dibuat dengan selongsong bambu atau pipa PVC. Pipa diletakkan memotong dan menembus tanggul. Ketinggian pipa sejajar atau lebih tinggi dari permukaan air kolam yang dikehendaki.
Pipa dipasang mendatar, pada bagian pangkal yang mengarah ke luar kolam dipasangi jaring agar tidak ada binatang apapun yang bisa keluar masuk kolam. Berikut gambarnya.

b. Saluran keluar

Terdapat dua macam saluran keluar untuk kolam ikan, yakni saluran keluar air kolam sebagai sistem sirkulasi dan saluran keluar air kolam untuk pemanenan. Teknik pembuatan kedua saluran tersebut bisa disatukan atau terpisah.
Teknik pertama secara terpisah. Pipa pengeluaran air sirkulasi dibuat di permukaan kolam dan pipa pengeluaran air pemanenan dibuat di dasar kolam. Pipa yang dibuat di permukaan, dipasang melintang pada tanggul. Bagian yang menghadap kolam lebih rendah dari pada bagian yang ada di luar kolam. Pipa pengeluaran untuk pemanenan dibuat di dasar kolam yang paling rendah. Biasanya dibuat pada saluran kemalir. Pada ujung pipa yang ada di dalam kolam dipasangi katup yang bisa dibuka-tutup.
Teknik kedua secara menyatu. Pipa pengeluaran air dan pemanenan dibuat satu. Untuk membuatnya diperlukan pipa berbentuk “L”, atau pipa menyiku. Pipa ini dibuat di dasar kolam. Pipa yang mengarah ke luar kolam membentuk huruf L menengadah ke atas. Tinggi pipa yang berdiri vertikal sejajar dengan permukaan air kolam. Dengan teknik ini ketinggian air kolam lebih mudah untuk diatur.

Membuat kemalir

Saluran kemalir merupakan bagian penting dari kolam ikan. Kemalir adalah parit yang ada di dasar kolam, kedalamannya sekitar 20-30 cm. Kemalir berfungsi untuk membantu pemanenan, menampung endapan sisa makanan, mengendapkan lumpur berbahaya dan mengatur aliran air bawah. Jumlah kemalir disesuaikan dengan pintu pengeluaran air.

2.    Persiapan kolam (pengolahan tanah)
Untuk memulai budidaya ikan nila di kolam tanah, perlu langkah-langkah persiapan pengolahan tanah. Mulai dari penjemuran, pembajakan tanah, pengapuran, pemupukan hingga pengairan. Berikut langkah-langkahnya:
§  Langkah pertama adalah pengeringan dasar kolam. Kolam dikeringkan dengan cara dijemur. Penjemuran biasanya berlangsung selama 3-7 hari, tergantung kondisi cuaca. Sebagai patokan, penjemuran sudah cukup bila permukaan tanah terlihat retak-retak, namun tidak sampai membatu. Bila diinjak masih meninggalkan jejak kaki sedalam 1-2 cm.
§  Selanjutnya, permukaan tanah dibajak atau dicangkul sedalam kurang lebih 10 cm. Sampah, kerikil dan kotoran lainnya dibersihkan dari dasar kolam. Bersihkan juga lumpur hitam yang berbau busuk, biasanya berasal dari sisa pakan yang tidak habis.
§  Kolam yang telah dipakai biasanya memiliki tingkat keasaman tinggi (pH rendah), kurang dari 6. Padahal kondisi pH optimal untuk budidaya ikan nila ada pada kisaran 7-8. Untuk menetralkannya lakukan pengapuran dengan dolomit atau kapur pertanian. Dosis pengapuran disesuaikan dengan keasaman tanah. Untuk pH tanah 6 sebanyak 500 kg/ha, untuk pH tanah 5-6 sebanyak 500-1500 kg/ha, untuk pH tanah 4-5 sebanyak 1-3 ton/ha. Kapur diaduk secara merata. Usahakan agar kapur bisa masuk ke dalam permukaan tanah sedalam 10 cm. Kemudian diamkan selama 2-3 hari.
§  Setelah itu lakukan pemupukan. Gunakan pupuk organik  sebagai pupuk dasar. Jenisnya bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Pemberian pupuk organik berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dosisnya sebanyak 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebar merata di dasar kolam. Biarkan selama 1-2 minggu. Setelah itu, bila dipandang perlu bisa ditambahkan pupuk kimia berupa urea 50-70 kg/ha dan TSP 25-30 kg/ha, diamkan 1-2 hari. Tujuan pemupukan untuk memberikan nutrisi bagi hewan dan tumbuhan renik yang ada di lingkungan kolam. Sehingga hewan atau tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan.
§  Langkah selanjutnya, kolam digenangi dengan air. Pengairan dilakukan secara bertahap. Pertama, alirkan air ke dalam kolam sedalam 10-20 cm. Diamkan selama 3-5 hari. Biarkan sinar matahari menembus dasar kolam dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan pada ganggag atau organisme air lainnya tumbuh. Setelah itu isi kolam hingga ketinggian air mencapai 60-75 cm
  
3.    Pemilihan dan pemasukan bemih
Pemilihan benih merupakan faktor penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya ikan nila. Untuk hasil maksimal sebaiknya gunakan benih ikan berjenis kelamin jantan. Karena pertumbuhan ikan nila jantan 40% lebih cepat dari pada ikan nila betina. Disamping itu pilihlah benih nila yang baik dengan ciri 1) kelihatan kasat mata sehat dan tidak cacat, 2) ukuran benih relatif sama, 3) aktif bergerak, 4) jika disentuh atau didekati responsif, 5) bersumber dari pembenih ikan yang terpercaya (kalau perlu bersertifikat resmi).
Kolam yang telah terisi air sedalam 60-75 cm dan air kolam sudah berwarna kehijauan datau kecoklatan dan tidak berbau busuk, yang artinya plankton sebagai pakan alami dasar ikan sudah tumbuh siap untuk ditebari benih ikan nila. Padat tebar kolam tanah untuk budidaya ikan nila sebanyak 15-30 ekor/m2. Dengan asumsi, ukuran benih sebesar 10-20 gram/ekor.
Sebelum benih ditebar, hendaknya melewati tahap adaptasi terlebih dahulu. Gunanya agar benih ikan terbiasa dengan kondisi kolam, sehingga resiko kematian benih bisa ditekan. Caranya, masukkan wadah yang berisi benih ikan nila ke dalam air kolam. Biarkan selama beberapa jam. Kemudian miringkan atau buka wadah tersebut. Biarkan ikan keluar dan lepas dengan sendirinya

4.    Pemeliharaan/ pembesaran
Tiga hal yang paling penting dalam pemeliharaan budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, pemberian pakan dan pengendalian hama penyakit.

a. Pengelolaan air

Agar pertumbuhan budidaya ikan nila maksimal, pantau kualitas air kolam. Parameter penentu kualitas air adalah kandungan oksigen dan pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan kadar CO2, NH3 dan H2S bila memungkinkan.
Bila kandungan oksigen dalam kolam menurun, perderas sirkulasi air dengan memperbesar aliran debit air. Bila kolam sudah banyak mengandung NH3 dan H2S yang ditandai dengan bau busuk, segera lakukan penggantian air. Caranya dengan mengeluarkan air kotor sebesar nya, kemudian menambahkan air baru. Dalam keadaan normal,pada kolam seluas 100 m2 atur debit air sebesar 1 liter/detik.

b. Pemberian pakan

Pengelolaan pakan sangat penting dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan kadar protein 20-30%.
Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus diberikan.
5.    Penanganan penyakit
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.
Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam. Untuk penjelasan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.

6.    Pemanenan
Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.
Demikianlah cara dan tahapan yang baik dalam melakukan usaha budidaya ikan nila di kolam tanah. Mudah-mudahan bermanfaat dan dapat menambah informasi serta wawasan kita Bersama. Terima kasih

Saturday, September 3, 2022

MENILAI KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP BERDASARARKAN KODE ETIK PERIKANAN YANG BERTANGGUNG




Indonesia sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam (UU No.45/2009). Potensi perikanan yang dimiliki merupakan sumber pendapatan negara disamping menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat di kawasan pantai terutama nelayan (Hermawan, 2006). Hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp.148,16 triliun atau memberikan kontribusi 3,14% pada tahun 2010 (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Selain itu, produk perikanan yang merupakan bahan makanan penting masyarakat pada umumnya, konsumsi domestiknya terus mengalami peningkatan sebesar 8,87% pertahun dari tahun 2007-2011 (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Atas dasar inilah perikanan perlu dipertahankan keberlanjutannya.
Perikanan tangkap yang merupakan usaha menangkap ikan di perairan, sangat tergantung pada ketersediaan atau daya dukung sumberdaya ikan dan lingkungannya. Pada masa lampau rekomendasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia pada umumnya didasarkan pada hasil maksimum yang lestari (Hermawan, 2006). Konsep ini terfokus pada aspek ekonomi dengan menguras sumberdaya ikan tanpa mempertimbangkan aspek sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan. Menurut Fauzi dan Buchary (2002) bahwa praktek perikanan yang unsustainable di Indonesia menimbulkan kerugian negara mencapai US$ 386.000/tahun atau 4 kali lebih besar dari manfaat yang diterima. Demikian juga yang terjadi terhadap 40.000 nelayan Atlantik Canada yang kehilangan pekerjaan karena penurunan drastis stok ikan cod di perairan Barat Daya Atlantik pada tahun 1990. Dari kasus-kasus tersebut jelas bahwa sebagai modal kerja, teknologi juga akan menentukan apakah pendapatan dan keuntungan dari usaha perikanan tangkap akan mendukung kesejahteraan komunitas secara berkelanjutan.
Kode etik perikanan yang bertanggung jawab yang diperkenalkan FAO mengisyaratkan perlu dianalisis faktor ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan (FAO, 1999). Ekologi mencakup pemeliharaan keberlanjutan stok/biomas, meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem. Dalam hal ekonomi, usaha perikanan tangkap dapat memberikan keuntungan dan pendapatan bagi pelaku usaha. Secara sosial tidak menimbulkan konflik dan terdapat hubungan emosional yang baik antara sumberdaya, ekosistem dan pelaku. Teknologi yang digunakan dalam usaha penangkapan harus ramah lingkungan. Secara hukum dan kelembagaan terdapat peaturan perundangan yang jelas dalam menjalankan usaha serta terbina kelembagaan usaha yang baik dan sehat. Hal ini sejalan dengan pembangunan berkelanjutan perikanan menurut UU No.45/2009, yakni pengelolaan perikanan dilakukan secara terencana dan mampu meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat dengan mengutamakan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Keberlanjutan perikanan tangkap saat ini harus dilihat secara lengkap, tidak sekedar tingkat penangkapan perikanan tangkap atau biomas, tetapi aspek-aspek lain perikanan, seperti ekologi, struktur sosial ekonomi, komunitas nelayan dan pengelolaan kelembagaannya. Keberlanjutan ekologi menyangkut bagaimana memelihara keberlanjutan stok/biomass dan meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem. Keberlanjutan sosio-ekonomi menyangkut kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu dan kelompok. Keberlanjutan komunitas menyangkut keberlanjutan kesejahteraan komunitas dan keberlanjutan kelembagaan menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat. Kegiatan perikanan yang hanya mengutamakan salah satu aspek saja dan mengabaikan aspek-aspek perikanan lainnya akan menimbulkan ketimpangan yang mengakibatkan ketidakberlanjutan perikanan itu sendiri.
Status keberlanjutan perikanan merupakan hal penting yang sangat diperlukan dalam penentuan berbagai kebijakan perikanan ke depan. Keberlanjutan perikanan tangkap penting diketahui para stakeholder baik untuk para pelaku usahanya maupun masyarakat luas serta untuk kepentingan negara. Oleh karenanya keberlanjutan perikanan merupakan tantangan mengingat produk perikanan menjadi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang (intertemporal) sehingga tingkat pemanfaatan akan terus meningkat sejalan dengan tingkat kebutuhan konsumsi lokal dan global. Di sisi lain stok sumberdaya ikan dibeberapa lokasi semakin terbatas sekalipun sumberdaya ikan bersifat dapat pulih (renewable). Ketimpangan dan ketidakberlanjutan sumberdaya dapat terjadi apabila pemanfaatannya melampaui kapasitas atau karena kegiatan perikanan yang hanya mengutamakan salah satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya. Dengan demikian status keberlanjutan perikanan tangkap harus dikaji secara komprehensif yang mencakup berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan aspek hukum-kelembagaan.


Daftar Pustaka

Hermawan,M.2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil (Kasus Perikanan Pantai di Serang dan Tegal. Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor
FAO,1999. Rapfish; A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, And ist Application To The Code of Conduct For Responsible Fisheries.Rome.
Fauzi, A and E. Buchary. 2002. A Socio-economic Perspective of environmental degradation at Kepulauan Seribu National Park, Indonesia. Coastal Management Journal Vol 30(2). 167-181.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.2011. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Jakarta
Undang-Undang No.45 tahun 2009. Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta